Abstract

There are three kinds of education, namely education in the family (informal), education in schools (formal), and education in the community (non-formal). Education in the family is the first education for a child and as a child's foundation. The second education includes schools which in the process are systematic and transfer of knowledge. Third, education in the community. The pattern of cooperation between the three is very necessary for the realization of character education. The aims of this study are (1) to analyze the pattern of school cooperation with parents and the surrounding community in shaping the character of students at Madrasah Aliyah Al-Islamy Sedati Mojokerto. (2) Analyzing the factors that support and hinder the pattern of school cooperation with parents and the surrounding community in shaping the character of students at Madrasah Aliyah Al-Islamy Sedati Mojokerto.

Pendahuluan

Latar Belakang

Cita-cita dan harapan generasi tua terhadap generasi muda di masa depan adalah terciptanya generasi yang berkualitas serta berkarakter yang mampu menjaga martabat negara. Pendidikan merupakan untuk membentuk karakter seorang anak. Pendidikan merupakan tanggung jawab kita semua tidak hanya sekolah namun peran orang tua serta masyarakat juga menjadi pengaruh besar terhadap keberhasilan suatu pendidikan. Pendidikan karakter menjadi sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Pembinaan karakter secara contineu harusdilakukan secara holistik dari semua lingkungan pendidikan meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga sebagai salah satu dari tri pusat pendidikan bertugas untuk membentuk kebiasaan yang positif sabagai fondasi yang kuat untuk pendidikan anak. Pembiasaan tersebut maka diharapkan anak-anak akan mengikuti serta menyesuaikan diri bersama keteladanan yang diajarakan orang tuanya [1]. Kerjasama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat juga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pendidikan. Pendidikan memerlukan kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat agar tercipta timbal balik dalam mengembangkan karakter anak yang sesuai harapan dan mencetak generasi muda yang berkualitas dan berkarakter terutama pada karakter religius, disiplin, dan kerja keras [2].

Madrasah Aliyah Al-Islamy salah satu sekolah madrasah di kecamatan Ngoro yang mana di sekolah tersebut didapati pola kerjasama antara sekolah, orangtua dan masyarakat sekitar. Pada karakter disiplin disekolah ini tidak mendapati siswa-siswa yang berperilaku kurang baik, seperti halnya telat masuk sekolah, menjalankan kegiatan sekolah dengan baik dan terencana, contohnya pada saat siswa menjadi petugas upacara mereka melaakukan dengan sangat baik dan lancar. Pada nilai religius di sekolah tersebut memiliki program intens seperti mengajarkan siswa untk menghafalkan Asmaul Husnah, berdakwah di masyarakat, mengahafal surat-surat pendek, mengajar di TPQ di sekitar tempat tinggal mereka. Pada nilai kerja keras sekolah ini menerapkan tingginya nilai disetiap tugas dan ujian harapanya agar seorang siswa terus bekerja keras dalam belajarnya.

Adanya kerjasama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam mendukung segala aktivitas siswa di sekolah untuk selalu mengikuti program yang diselenggarakan oleh sekolah, maka dari itu sekolah ini adalah merupakan sekolah madrasah swasta yang favorit di kecamatan Ngoro. Namun dalam hal kerjasama ini juga ada faktor hambatan dan pendukung dalam peningkatan pendidikan karakter siswa di Madrasah Aliyah Al-Islamy Sedati.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan bagaimana pola kerjasama sekolah dengan orang tua dan masyarakat sekitar dalam pembentukan karakter siswa di Madrasah Aliyah Al-Islamy Sedati Mojokerto dan Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat pola kerjasama sekolah dengan orangtua dan masyarakat sekitar dalam pembentukan karakter siswa di Madrasah Aliyah Al-Islamy Sedati Mojokerto.

Pengertian dari pola kerjasama menurut Anita Lie merupakan hal yang penting dalam kelangsungan hidup manusia. Tanpa adanya kerjasama tidak akan ada keluarga, organisasi, ataupun sekolah, khususnya tidak akan ada suatu proses pembelajaran di sekolah. Siswa dalam proses pembelajaran disekolah tidaka akan berjalan dengan baik dan akhirnya tujuan tidak akan tercapai [3]. Pada hal ini Ki Hajar Dewantara, membedakan tempat pendidikan yakni: pendidikan dalam keluarga (pendidikan informal), pendidikan dalam sekolag (pendidikan formal), dan pendidikan di dalam masyarakat (pendidikan non formal). Tripusat Pendidikan merupakan tiga unsur yang penting dalam peran pendidikan. Keluarga merupakan tempat pertama seseorang menerima pendidikan.

Tripusat pendidikan merupakan istilah yang di cetuskan oleh bapak pendidikan nasional yakni Ki Hajar Dewantara, dalam memberdayakan seluruh unsur masyarakat untuk bersama membangun pendidikan[4]. adapun yang dimaksud tripusat pendiikan adalah setiap pribadi manusia akan mengalami sebuah perkembangan dalam tiga lembaga pendidikan, yakni: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga lembaga secara bertahap berpadu dan berkolaborasi dalam mengemban tanggung jawab pendidikan bagi penerus bangsa atau generasi yang muda-muda [5].

Adapun upaya-upaya sekolah dalam menjalin hubungan kerjasama antara sekolah dengan orangtua yakni, pertama yaitu sekolah harus menciptakan iklim aman dan nyaman, Upaya kedua yaitu dengan melakukan komunikasi yang baik sebagai awal komunikasi dengan orangtua, dan upaya ketiga yaitu menyediakan kesempatan bagi orangtua untuk terlibat dalam kegiatan pendidikan [6]. “Kerjasama antara sekolah dengan keluarga perlu ditingkatkan agar tidak terjadi kontradiksi atau ketidakserasian antara nilai-nilai yang harus dipegang teguh oleh peserta didik di sekolah dan apa yang harus mereka ikuti di lingkungan keluarga atau masyarakat. Agar terlaksananya pendidikan karakter yang baik maka penting juga peran dari orang tua. Sebagai satu kesatuan hidup bersama (sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerjasama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta pengakuan akan kewibawaan [7].

Adapun bentuk kegiatan kerjasama sekolah dengan orang tua melalui komunikasi namun masihbanyakpemikiranorang tua mengharapkan hasil yang maksimal dari suatu lembaga pendidikan, maka dengan ini perlu adanya kerjasama atau hubungan yang erat antara sekolah, guru, dan orang tua [8]. Epstein menjelaskan bahwa bentuk dari kerjasama sekolah dengan orang tua yaitu parenting, komunikasi, volunteer, keterlibatan orang tua dalam pembelajaran anak di rumah, pengambilan keputusan, dan kolaborasi dengan kelompok masyarakat [9].

Adapun yang menghambat sebuah kerjasama sekolah dengan orangtua dapat dibedakan menjadi dua, pertama faktor internal dan kedua faktor eksternal. Pengertian dari faktor internal adalah hambatan berasal dari pihak sekolah yang meliputi ketidakyakinan guru, pandangan dan asumsi guru terhadap orangtua, dan kendala dari guru lain. Faktor eksternal juga berasal dari orangtua siswa yang meliputi pandangan dari orangtua yakni tuntutan hidup, dan sikap perilaku orang tua. Hambatan pertama yaitu ketidakyakinan guru mengisi parenting. Hambatan kedua yaitu pandangan guru terhadap orang tua. Menurut Draper dan Duffy mengemukakan bahwa, “sekolah mengharapkan orangtua meninggalkan anaknya diawal proses kegiatan belajar hal ini diakukan untuk menghindari keadaan yang dapat membingungkan bagi konsentrasi anak-anaknya [10].

Hambatan didalam faktor-faktor eksternal yakni, hambatan pertama pandangan orang tua yang menganggap bahwa nasihat guru lebih didengarkan anak dan pandangan jika orang tua sudah membayar sekolah untuk dititipi anak, maka mereka tidak ada campur tangan lagi. Hambatan kedua yaitu tuntutan hidup yang berkaitan dengan masalah waktu dan ekonomi. Hambatan yang ketiga yaitu sikap dari orang tua siswa yang malas dan cuek terhadap pendidikan anaknya.

Hubungan antara sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi yang bertujuan meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktik pendidikan serta berupaya dalam rangka memperbaiki sekolah. Humas adalah sebuah proses penetapan kebijakan, pelayanan serta tindakan-tindakan yang nyata berupa kegiatan yang melibatkan banyak orang agar memiliki kepercayaan terhadap lembaga yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tersebut. Peran serta Masyarakat (PSM) dalam pendidikan memang sangat erat sekali berkait dengan pengubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan tetapi jika tidak dimulai dan dilakukan dari sekarang, kapan rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat dengan tingkatan maksimal dapat diperolah dunia Pendidikan [11].

Terciptanya iklim yang kondusif pada suatu pendidikan diantaranya ada keterlibatan keluarga dalam pendidikan. Hal ini juga dijelaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 30 Tahun 2017 tenta orangtua ikut andil dalam penyelengaraan pendidikan anak akan membawa pengaruh yang baik dalam kehidupan akademis anak [12]. Menurut pendapat Ki Hajar Dewantara bahwa sistem pendidikan secara menyeluruh didukung oleh tiga sentra utama yaitu sekolah, orangtua, dan masyarakat. Dari Ketiga sentra utama pendidikan tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mendidik anak-anak. Tugas pertama Orang tua adalah sebagai pendidik yang pertama kali bagi anak untuk menanamkan nilai-nilai dan moral, menumbuhkan karakter anak dan membangun kemandirian.

Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan nilai-nilai kehidupan manusia. Dalam hal pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada luas tidaknnya produk serta kualitas out put pendidikan itu sendiri. Semakin besar out put sekolah tersebut dengan disertai kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas maka pengaruhanya sangat positif bagi masyarakat [13]. Pendidikan karakter Menurut Saptono adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengembangkan karakter yang baik berlandaskan nilai kebajikan inti yang secara objektif baik individu maupun masyarakat. Menurut John W. Santrock, character education adalah pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan nilai moral dan memberi kan pelajaran kepada murid mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang dilarang [14].

Pendidikan karakter di Indonesia merupakan pendidikan budi pekerti dengan harapan siswa atau generasi muda Indonesia memiliki jiwa nasionalis terhadapa negaranya. Sehingga generasi muda tidak menjadi generasi yang melupakan budayanya sendiri dengan terus memupuk karakter baik dari generasi muda diharapkan negara ini akan semakin maju mengingat negara Indonesia adalah negara yang berkembang maka diperlukan generasi yang profesional, berilmu serta berakhlak bagus [15].

Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam bentuk interaksi dengan Tuhan, diri sendiri antar sesama dan lingkungannya. Landasan religius juga berpengaruh dalam membentuk karakter anak, pendidikan yang bersifat religius atau agama dapat memberikan dan mengarahkan fitrahnya sebagai manusia yang harus memenuhi kebutuhan batin, menuntun kepada jalan yang benar [16]. Karakter anak dibentuk sejak dari lahir dan tergantung dari pola asuh dari orang tuanya serta masyarakat juga berpengaruh terhadap karakter anak tersebut. Anak disekolahkan orang tunya guna disisi lain diharapkan agar karakter anaknya semakin berkembang dan menjadi insan kamil yang berbudi luhur serta pada diri anak tersebut sudah tertanam karakter yang diharapkan.

Kajian Literatur Terdahulu

Sebagai bahan refrensi peneliti maka peneliti akan menggunakan penelitian terdahulu sebagai bahan refrensi dan acuan dalam melakukan penelitian. Adapun peneletian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang di lakukan oleh peneliti adalah.

No Nama Peneliti, Judul, dan Tahun Penelitian Persamaan Perbedaan Orisinalitas Penelitian
1 Hasan Bisri,Kolaborasi Oran Tua Dan Guru Dalam Membentuk Karakter Disiplin Dan Jujur Pada Anak Didik (Studi Kasus Pada Siswa Kelas 3 MIN Malang 2), 2016. Tema Pembentukan KarakterPendekatan Kualitatif Fokus PenelitianSubyek PenelitianLokasi Penelitian Pola Kerjasama Sekolah, Orang Tua, Dan Masyarakat Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di Madrasah Aliyah Al-Islamy Sedati Mojokerto .2021
2 Yusuf Hanafish,Pola Asuh Orang Tua Dalam Membentuk Karakter (Studi Kasus Empat Orang Tua Pemegang Kartu Keluarga Menuju Sejahtera di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta)”. 2017 Tema Pembentukan Karakter Fokus PenelitianSubyek PenelitianLokasi Penelitian
3 Zain Irma Fitriati, “Program Kerjasama Sekolah Dan Orang Tua Dalam Pembinaan Pendidikan Islam Peserta Didik. 2015. Tema Program Kerjasama Fokus PenelitianSubyek PenelitianLokasi Penelitian
Table 1.Penelitian terdahulu

Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

  1. Menganalisis pola kerjasama sekolah dengan orang tua dan masyarakat sekitar dalam pembentukan karakter siswa di Madrasah Aliyah Al-Islamy Sedati Mojokerto.
  2. Menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat pola kerjasama sekolah dengan orang tua dan masyarakat sekitar dalam pembentukan karakter siswa di Madrasah Aliyah Al-Islamy Sedati Mojokerto.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan adapun manfaat bagi penelitian yang di harapkan, antara lain:

1. Bagi Akademik Fakultas Agama Islam

  1. Untuk memberikan ilmu pengetahuan baru, khususnya di bidang manajemen pendidikan.
  2. Untuk memberikan wawasan tentang pola kerjasama di sekolah.

2. Bagi Individu

Sebagai tambahan wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam pelaksanaan pendidikan karakter apalagi penulis juga sebaga tenaga pendidik.

3. Bagi Sekolah

  1. Sebagai masukan dan evaluasi bagi kepala sekolah yang memiliki kebijakan di sekolah.
  2. Penelitian ini menjadi motivasi untuk guru supaya dalam perannya sebagai pendidik maksimal dan menjadi bahan strategi komunikasi dalam pelaksanaan pembentukan karakter siswa.

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis melalui reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi data.

Tempat dan Subjek Penelitian

Tempat

Tempat penelitian adalah lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih di MA Al-Islamy Sedati Mojokerto

Subjek Penelitian

  1. Kepala Sekolah
  2. Guru
  3. Orang tua dan Masyarakat

Hasil dan Pembahasan

Pola Kerjasama Sekolah Dengan Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Siswa MA Al-Islamy

Berdasarkan penemuan pada saat observsi di Madrasah Aliyah Al-Islamy Sedati Mojokerto dan wawancara kepada kepala madrasah beserta guru yang terlibat dalam pembentukan karakter siswa diperoleh informasi bahwa dalam pembentukan karakter siswa di madrasah, karena adanya pola kerjasama sekolah dengan orangtua berupa program-program yang digalangkan oleh sekolah. Progam pembentukan karakter di Madrasah Aliyah Al-Islamy ini melibatkan orang tua.

Adapun pola kerjasama sekolah juga dengan orang tua meliputi:

  1. Setiap tiga bulan sekali ada pertemuan antara pihak sekolah dengan orang tua atau wali murid.
  2. Pihak sekolah juga menugaskan setiap wali kelas membuat grup dimedia sosial antara guru dan orang tua.
  3. Siswa juga diajarkan untuk berakhlak baik dengan membiasakan menghormati guru dengan salam dan sapa yang baik, tidak berteriak.
  4. Seluruh guru juga diberi tugas untuk membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalahnya.

Maka dalam pembentukan karakter berjalan lurus dan berhasil prlu peran dari keluarga karena keluarga yang setiap hari ditemuinya dan memberikan contoh serta pembudayaan atau pembiasaannya lebih banyak sehingga siswa akan meniru apa yang dia lihat dan dia dengar. Maka dalam proses meningkatkan prestasi siswa juga perlu kedisiplinan dalam hal belajar sehingga dalam proses pembelajaran perlunya pola kerjasama.

Pola Kerjasama Sekolah Dengan Masyarakat Dalam Pembentukan Karakter Siswa MA Al-Islamy

Peran dari lingkungan masyarakat dalam proses pembentukan karakter pada siswa juga sangat berpengaruh hal ini masyarakat dapat menjadi narasumber bagi sekolah dalam meberikan informasi yang berguna dalam mewujudkan pembelajaran yan efektif. Menurut Asmani diperlukan adanya pertemuan rutin antara sekolah dengan masyarakat sebagi ajang artikulasi dan ekspresi, untuk menyampaikan pendapat, aspirasi, gagasan ide, pemikiran dan hal-hal lain yang bisa mendorong kebersamaan, kemajuan dan kepedulian sosial. Maka dapat disimpulkan dalam kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat keterlibatan siswa maka akan menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya khususnya nilai karakter sosialnya. Namun dalam hal ini siswa melibatkan dirinya dalam setiap kegiatan di masyarakat juga tidak terlalu padat sehingga siswa tidak akan merasa bosan dan capek hal itu dapat membuat siswa malas belajar

Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Pola Kerjasama Sekolah, Orang Tua Dan Masyarakat

Madrasah Aliyah Al-Islamy sering mendapatkan prestasi dan predikat baik di lingkungan masyarakat. Karena gemilangnya prestasi di sekolah ini maka setiap tahunnya siswanya semakin bertambah banyak dan banyak siswa yang berprestasi desekolah sebelumnya memilih melanjutkan ke sekolah ini. Menurut Zakiyah Daradjat menyatakan bahwa seorang guru adalah pendidik yang profesional maka guru memikul beban orang tua untuk andil dalam mendidik anaknya. Namun pada hal ini orang tua juga harus sebagai pendidik pertama bagi anaknya sedangkan guru hanya sebagai tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak mereka. Slamet Suyanto yang menyatakan bahwa pemikiran orangtua beranggapan dirinya tidak bisa dan tidak memiliki kecerdasan seperti yang dimiliki gurunya, mereka juga menganggap guru jauh lebih kompeten dalam keberhasilan pendidikan karena mereka ahli dalam bidangnya. Maka juga dapat diartikan didalam proses penanaman pendidikan karakter tidak selalu berjalan dengan mudah dan sesuai melainkan ada hambatan-hambatan yang harus dilalui, seperti halnya hambatan yang datang dari orangtua siswa ada beberapa yang terkadang merasa kurang percaya diri dalam membantu sekolah untuk bekerjasama dalam penanaman karakter anaknya.

Adapun program yang telah dibuat dan dilaksanakan oleh madrasah ini adalah upaya untuk membiasakan siswa agar tingkat religinya selalu meningkat dengan pembiasaan ini diharapkan siswa setelah lulus dari sekolah memiliki bekal agama yang cukup kuat sehingga menjadi insan yang patuh dan selalu berpedoman Al-Quran dalam kehidupannya. Program sekolah ini tidak hanya kepala sekolah saja yang mengajarkan namun para dewan guru juga ikut andil dalam pembentukan karakter religius. Sesuai dengan pendapat Imam al-Ghozali di dalam menumbuhkan karakter-karakter siswa harusnya dengan melalui pembiasaan, keteladanan, serta pembinaan disiplin peserta didik. Menumbuhkan karakter religius tidak lepas dari peran guru Pendidikan Agama Islam, guru agama merupakan faktor yang berpengaruh dalam dunia pendidikan. karena ditangan guru pendidikan agama Islam inilah akan dihasilkan siswa-siswa yang berkualitas dan berprestasi. Baik secara akademik maupun kemampuannya, kematangan emosional, moral, dan spiritual. Sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri mengutarakan bahwa peran guru pendidikan agama islam adalah sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, pengelola kelas dan juga mendidik anak berbudi pekerti yang mulia.

Pembiasaan dan pembinaan perlu ditekankan karena apabila seorang siswa yang berprestasi dan berakhlak mulia itu juga bukan hanya kebetulan namun mereka di ajari dari sejak kecil sama orang tuanya dan meniru apa yang telah diajarkan padanya. Penanaman nilai karakter disiplin juga akan terwujud apabila di lingkungan keluarga juga diterapkan sehingga anak akan selalu melakukan yang menjadi kebiasaannya. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Umar dan La Sula bahwa keluarga merupakan tempat sabaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individu dan pendidikan sosial. Keluarga merpakan wadah atau tempat yang memiliki peran penting dan sempurna sifat serta wujudnya dalam pembentukan pribadi yang secara utuh , tidak hanya dibagi anak-anak melainkan bagi remaja karena dalam keluarga peran dari orang tua adalah sebagai penuntun, pengajar dan pemberi contoh bagi anak-anaknya.

Simpulan

Pola kerjasama dalam pembentukan karakter siswa diperlukan kerjasama atau sinergitas antara sekolah dengan orang tua. Kerjasama ini diperlukan untuk membuat anak menjadi lebih bernilai baik dan meningkatkan nilai religius, nilai displin dan nilai kerja keras. Pola kerjasama sekolah dengan orang tua meliputi;

  1. Orang tua mengikuti program yang diadakan sekolah
  2. Sekolah menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua
  3. Bekerjasama dalam proses pembentukan karakter yang mana orangtua memberikan edukasi dan contoh yang baik kepada siswa saat dirumah

Faktor Pendukung kerjasama antara sekolah dengan orangtua terjalin dengan baik karena para orangtua menerima dan menjalankan program yang diadakan oleh sekolah demi tercapainya tujuan dari pembentukan karakter siswa yang lebih baik. Pihak guru dan karyawan yang ada di Madrasah Aliyah Al-Islamy saling mendukung dan bekerjasama dalam proses pembentukan karakter.

Faktor Penghambat

  1. Beberapa orang tua siswa melarang anaknya untuk mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah, mereka beranggapan bahwa kegiatan yang diadakan membuat khawatir orang tua.
  2. Orang tua siswa kurang ikut andil dalam mendukung anaknya saat mengikuti kegiatan apapun di sekolah seperti contoh orang tua siswa menganggap bahwa pendidikan itu sepenuhnya ada di tangan sekolah atau pihak sekolah bukaan tanggung jawab orang tua.

References

  1. N. Indrianto and H. Sya’diyah, “Pengembangan Karakter Mandiri Melalui Pembelajaran Tematik pada Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Jember,” Educ. J. Prim. Educ., vol. 1, no. 2, pp. 137–150, 2020, doi: 10.35719/educare.v1i2.13.
  2. A. Prastowo, “Paradigma Baru Madrasah dalam Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013,” J. Pendidik. Islam, vol. 3, no. 1, p. 95, 1970, doi: 10.14421/jpi.2014.31.95-113.
  3. W. F. . Horner, “PENGARUH KOMUNIKASI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KREATIVITAS SISWA,” vol. 1, no. 14, pp. 935–942, 1992.
  4. Dindha Amelia, “Kesalahan-kesalahan fatal paling sering dilakukan guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar,” vol. 21, no. 1, pp. 1–9, 2020, [Online]. Available: http://mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-industry/.
  5. Syaifudin, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.,” Ekp, vol. 13, no. 3, pp. 1576–1580, 2015.
  6. S. SARTIKA, “Peran Guru dan Orang Tua Tua Dalam Pembelajaran Daring Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Madani Palopo,” pp. 1–184, 2020, [Online]. Available: http://repository.iainpalopo.ac.id/id/eprint/3450/1/SARTIKA.PDF.
  7. A. Sunarso, “Revitalisasi Pendidikan Karakter Melalui Internalisasi Pendidikan Agama Islam (Pai) Dan Budaya Religius,” J. Kreat. J. Kependidikan Dasar, vol. 10, no. 2, pp. 155–169, 2020.
  8. T. Amma, E. As’ari, and Y. Syaikhoni, “Implementasi Karakter Disiplin Peserta Didik Melalui Kerjasama Sekolah Dan Orang Tua,” Qudwatunâ J. Pendidik. Islam, vol. 3, no. 2, pp. 101–123, 2020.
  9. M. Nazarudin, “Pola Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MIN 2 Kota Palembang,” Intizar, vol. 24, no. 2, pp. 9–16, 2018, doi: 10.19109/intizar.v24i2.3259.
  10. E. Kocyigit, “KERJASAMA ANTARA SEKOLAH DAN ORANGTUA SISWA DI TK,” Ekp, vol. 13, no. 3, pp. 1576–1580, 2015.
  11. U. Rokhmatin, “PENGEMBANGAN KARAKTER MELALUI EKSTRAKURIKULER PANAHAN DI SMPIT IHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG,” Kementrian Agama UIN Jakarta FITK, vol. 14, no. 1, pp. 202–204, 2018.
  12. R. B. Sumarsono, “Upaya Mewujudkan Mutu Pendidikan Melalui Partisipasi Orangtua Siswa,” J. Ilmu Pendidik., vol. 24, no. 2, p. 63, 2019, doi: 10.17977/um048v24i2p63-74.
  13. A. Hidayat and I. Machali, “Pengelolaan Pendidikan (Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola sekolah dan Madrasah),” Univ. Pendidik. Indones., pp. 4–6, 2012.
  14. F. Rohman, “Tanggung Jawab Pendidikan Perspektif Pendidikan Islam,” Intiqad J. Agama dan Pendidik. Islam, vol. 12, no. 2, pp. 171–180, 2020, doi: 10.30596/intiqad.v12i2.5557.
  15. I. N. Syafaat and M. Shohib, “Implementasi Konsep Pendidikan Karakter dalam Idatun Nasyi’in Terhadap Generasi Milenial,” At- Ta’lim J. Pendidik., vol. 7, no. 2, pp. 92–114, 2021, [Online]. Available: https://www.ejournal.inzah.ac.id/index.php/attalim/article/view/620.
  16. A. M. Sholihah and W. Z. Maulida, “Pendidikan Islam sebagai Fondasi Pendidikan Karakter,” QALAMUNA J. Pendidikan, Sos. dan Agama, vol. 12, no. 01, pp. 49–58, 2020, doi: 10.37680/qalamuna.v12i01.214.