Abstract

Students' learning discipline is the obedience of students to carry out their learning obligations, so they can get changes in themselves, both studying at home and in Islamic boarding schools. Madrasah diniyah teachers have a very big responsibility in disciplining their students to obey the rules that exist in Islamic boarding schools. Therefore, this study aims to determine the role of madrasah diniyah teachers in fostering student learning discipline as well as supporting and inhibiting factors in fostering student learning discipline. This research is a descriptive qualitative research, namely research that describes the reality and circumstances of the object of research in accordance with the facts in the field by taking data that is what it is. In this study, the informants were madrasah diniyah administrators, madrasah diniyah teachers, and students of Islamic boarding schools. The location of this research was conducted in Paciran Village, Paciran District, Lamongan Regency. Data collection techniques are interviews, observation, documentation. The data collection technique uses Miles and Huberman which consists of four components of analysis, namely data reduction, data presentation, conclusion drawing, data int erpretation. Based on the research that has been done, there are research results, namely: 1). The role of madrasah diniyah teachers in fostering learning discipline for students at the Muhammadiyah Karangasem Islamic boarding school. 2). How the supporting and inhibiting factors for madrasah diniyah teachers in fostering student learning discipline include the teacher in teaching, the suitability of the subject matter to be delivered, and sufficient learning time.

Pendahuluan

Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang mempelajari dan mendalami, menghayati, serta mengamalkan ilmu keagamaan dengan melakukan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku kehidupan sehari-hari [1]. Oleh karena itu maksut wali murid melepas putra putrinya di ponpes untuk menuntut ilmu jenjang pendidikan, sehingga senantiasa berdo’a dan memohon kepada allah swt agar menjadi anak yang mendapatkan ilmu yang barokah, menjadi santri yang teladan, dan pandai dalam membawa diri serta sopan santun yeng terjaga serta menaati peraturan yang ada di pondok pesanren supaya disiplin. Karena keberadaanya mampu mengantarkan seorang menuju kesuksesan. Dunia pendidikan tidak bisa lepas dari dinamika dan perkembangan masyarakatnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menuntut masyarakat utuk melakukan perubahan, sehingga mampu dalam mengikuti pengembangan zaman [2]. Lembaga pendidikan islam mempunyai keberadaan dalam bentuk pendidikan informal dan nonformal mungkin saat ini yang menjadi penunjang pendidikan agama islam sudah mengajarkan pada sekolah-sekolah maupun madrasah-madsarah [3]. Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pelajaran tentang agama-agama islam dengan kitab-kitab kuning maupun pelajaran lainya sebagai kurikulumnya, dengan menyempur nakan menjadi pelajaran pendidikan agama islam di madrasah diniyah [4]. Berbagai lembaga berbasis keislaman, peran madrasah dalam mengajarkan ajaran-ajaran islam dan strategi-strategi keagamaan islam tidak dapat disepelekan begitu saja. Lembaga madrasah diniyah mempunyai pengaruh luar biasa atas kemajuan dan kedisiplinan pada santri, sehingga pondok pesantren sangatlah penting dan di butuhkan, supaya santri madrasah diniyah akan menjadi lebih optimal serta kedepannya akan bertambah besar dan terkhususnya dalam kedisiplinan belajar di madrasah diniyah [5]. Madrasah diniyyah formal memilik 4 jenjang pendidikan yaitu Raudhatul Athfal sepantaran dengan taman kanak-kanak, Madrasah Ibtidaiyah sepantaran dengan sekolah dasar, Madrasah Tsanawiyah sepantaran dengan sekolah menengah pertama, dan Madrasah Aliyah sepantaran dengan sekolah menengah atas. Sedangkan madrasah diniyyah non formal memiliki 3 jenjang pendidikan madrasah diniyyah takmiliyah awwaliyah setara dengan sekolah dasar, madrasah diniyah wustho setara dengan sekolah menengah pertama, dan madrasah diniyah ulya setara dengan sekolah menengah atas.

Pengurus adalah sekelompok orang yang mengurus dan memimpin suatu perkumpulan. Jadi pengurus pondok pesantren adalah sekelompok orang yang ditunjuk dan diberi amanah oleh pengasuh untuk mengarahkan, mengatur, serta menyusun dan menjalankan peraturan-peraturan pondok supaya santri patuh dalam menaati peraturan yang telah di tetapkan pengurus. Ustad mengartikan pendidik atau guru, ustad yaitu seorang yang ahli sesuai bidang tertentu yang memberikan ilmu bermanfaat kepada orang lain [6].

Kedisiplinan merupakan kepatuhan dalam diri seseorang untuk mengikuti aturan-aturann karena adanya dorongan kesadaran yang ada pada hatinya [7]. Belajar merupakan proses melihat, mengamati, serta memahami segala sesuatu pekerjaan yang akan dilakukan oleh seorang manusia pada umumnya ketika manusia ingin melakukan suatu keinginan atau kebutuhan tertentu. Belajar merupakan perubahan tingkah laku pada manusia oleh karena itu dengan adanya interaksi antara individu dengan individu lainya serta individu dengan lingkungan agar mereka dapat berinteraksi dengan baik [8]. Sedangkan kedisiplinan belajar pada santri merupakan kedisiplinan yang akan dilakukan secara individu dalam memanfaatkan waktu luang belajar yang teratur dan tepat waktu serta dengan penuh rasa tanggung jawab [9].

Dengan demikian kedisiplinan belajar mempunyai tahapan perubahan sikap perilaku yang terjadi pada dalam diri seseorang sehingga perubahan tersebut memiliki sifat positif searah yang baik dari sebelumnya. Dengan ini adanya kegiatan pembelajaran sudah ada suatu tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan belajar, jadi tujuannya pembelajaran merupakan suatu sikap nilai belajar yang di inginkan terjadi, dimiliki, serta dikuasai oleh santri dengan mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Untuk tercapainya tujuan pembelajaran maka harus diperlukan kerja sama dengan baik antara lingkungan pondok pesantren denagn orangtua, serta pengurus pondok pesantren. Sehingga adanya tujuan pembelajaran seseorang dapat melakukan suatu aktifitas belajar dengan baik, sehingga dapat menumbuhkan kedisiplinan dalam menaati peraturan yang telah ditentukan [10].

Progam diniyah dapat tertuang dengan adanya gagasan oleh salah satu pengasuh Pondok Pesantren. Hal ini menjadi awalnya progam madrasah diniyah yang dilaksanakan oleh profesional dan terancana. Untuk itu para guru dan pengasuh pondok bekerja sama mencari informasi dari pondok lain yang lebih dahulu melaksanakan Progam Diniyah. Pondok pesantren memiliki pengurus madrasah diniyah yaitu seorang pendamping yang biasanya di sebut kiai atau ustad maupun ustadzah di lingkungan pesantren, maka dengan peran guru yang ada di pondok pesantren sanggatlah penting dalam memberikan ilmu dan bimbingan terhadap santrinya, begitu juga dengan jalannya pembelajaran maka diperlukan adanya pembimbingan dari guru-guru tersebut. Penerapan peran pengurus madrasah diniyah, santri cukup disiplin dalam melakukan suatu kegiatan pembelajaran dengan baik dan bena. Oleh karena itu dapat menghasilkan santri-santri mempunyai prestasi belajar yang baik. Maka jika terdapat santri yang masih melanggar di pondok pesantren Karangasem Paciran Lamongan menunjukkan bahwa masih banyaknya santriwan dan santriwati yang melanggar peraturan yang ada. Penyelenggaraan pendidikan diniyah dipondok pesantren Muhammadiyah Lamongan, diharapkan pada situasi dan kondisi yang sangat besar dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar madrasah diniyah. Berbagai upaya peran guru madrasah diniyah dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar santri yang dilakukan terhadap guru kepada santri untuk bisa mempelajari diri dalam sikap kedisiplinan, dikasih motivasi dan peringatan yakni nasehat berupa teguran atau aturan-aturan dalam menaati segala peraturan yang telah ditetapkan oleh pondok pesantren agar santri mempunyai akhlakul karimah yang baik dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar santri. Kemudian yang dimaksut teguran merupakan guru madrasah diniyah memberikan arahan atau masukan seta diberi teguran dapat dilaksanakan secara baik-baik dengan maksut untuk memberikan ilmu pengetahuan santri untuk menaati peraturan, melainkan bagi santri yang sering melanggar peraturan, serta motivasi santri guru madrasah diniyah dapat memberikan pemasukan atau alasan yang menjadi dasar semangat santri dalam pelaksanaan diniyah sebab itu santri diperlukan untuk memenuhi ketaatan dalam kedisiplinan belajar dengan banyak pemahaman serta adil dan bijaksana. Cara-cara ini salah satu yang digumakan guru dalam menegakkan peraturan kedisiplinan belajar. Pondok pesantren Muhammadiyah Lamongan ini telah cukup aktif dalam mengikuti kedisiplinan belajar nadrasah diniyah di pondok pesantren. Sehingga bisa dikatakan bahwa kedisiplinan belajar santri melalui ketaatan peraturan pondok pesantren dengan kerjasama antara pengurus dengan guru pondok pesantren.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan pendekatan Deskriptif adalah metode penelitian kualitatif deskriptif merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivismedigunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi [11]. Lokasi penelitian berada di Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Jenis data yang digunakan pada penelitian kualitatif ini memiliki dua jenis data yaitu, data primer dan data sekunder. Data primer peneliti peroleh dari pimpinan pesantren merupakan pimpinan dan pemegang semua keputusan atas apa yang di rencanakan, sumber informan yakni pengurus madrasah diniyah, guru madrasah diniyah serta santri pondok pesantren. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni (1) observasi merupakan proses pengamatan yang terencana suatu kejadian atau fenomena yang sedang terkait dengan persoalan atau masalah yang sedang kita bicarakan. (2) wawancara merupakan suatu teknik yang digunakan peneliti untuk proses pengumpulan data yang dilakukan saat wawancara kepada informan di lokasi penelitian. (3) dokumentasi merupakan data yang sudah tertulis berupa tulisan ataupun foto, rekaman yang tidak ada persiapan sebab dan akibat [12]. Teknik analisis dan interpretasi data menggunakan empat komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, interpretasi data [13].

Hasil dan Pembahasan

Peran guru madrasah diniyah dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar santri yang terbentuk dari madrasah diniyah pondok pesantren karangasem paciran lamongan antara lain sebagai berikut: Guru menasehati santrinya supaya disiplin, Guru memantau santrinya supaya tidak berangkat telat, Guru mengindentifikasi absen kebolosan santri yang tidak mengikuti pembelajaran madrasah diniyah. Pengurus madrasah diniyah juga berupaya meningkatkan kedisiplinan belajar santri dengan mengadakan evaluasi bulanan kepada guru-guru madrasah diniyah. Tujuannya untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah berlangsung selama KBM di madrasah diniyah. Selain itu juga ada pengurus yang bagian membunyikan bel masuk, pergantian jam pembelajaran, dan akhir diniyah secara konsisten serta berkeliling di setiap kelas. Pengurus madrasah diniyah juga menyiapkan guru pengganti apabila terdapat guru yang berhalangan hadir.

Kedisiplinan belajar adalah kepatuhan dari santri untuk melaksanakan kewajiban belajar, sehingga dapat diperoleh perubahan pada dirinya, baik itu belajar di rumah maupun belajar di Pondok Pesantren. Keberhasilan belajar akan dicapai apabila santri disiplin, namun akan lebih baik apabila disiplin tersebut tumbuh karena kesadaran yang muncul dari dalam santri itu sendiri. Pelaksanaan progam diniyah di pondok pesantren Karangasem Muhammadiyah Pacira n Lamongan dilaksanakan pada pukul 04.00 sampai dengan 05.30 pagi, pukul 15.00 samapai dengan 16.30 sore, sedangkan jam 17.00 sampai 21.00 memasuki kegiatan pondok yakni ngaji bersama, halaqoh, dan belajar bersama. Kegiatan belajar mengajar diniyah terpisah ini dilakukan untuk membuat santri lebih disiplin dalam pendidikan formal dengan pendidikan diniyah. Manajemen waktu yang digunakan untuk efektivitas dan efesiensi sebaik mungkin. Dalam proses pembelajran diniyah ini terdapat buku membina dalam proses pembelajaran berlangsung, sehingga setiap santri memiliki kemampuan yang berbeda-beda namun santri mendapatkan pendampingan yang sama. Kitab diniyah menjadi acuan dalam evaluasi pembelajaran yang kedepanya sebagai perbaikan progam diniyah. Pemebelajaran proam diniyah dengan menggunakan metode ceramah atau sorogan (hafalan) menunjukkan hasil yang baik bagi santri khususnya dalam menumbuhkan prestasi siswa dalam mengerjakan tugas. Pelaksanaan progam diniyah dengan menggunakan metode sorogan menjadikan santri lebih aktif dalam setoran terhadap apa yang telah di perintahkan guru madrasah diniyah. Dengan kondisi tersebut santri akan meningkat menjadi semakin baik lebih disiplin dalam belajar.

Proses pembelajaran belajar mengajar santri Pondok Pesantren Karangasem juga aktif dalam pembelajaran. Santri bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru madrasah diniyah. Memperhatikan dan penjelasan yang disampaikan guru madin ketika di dalam kelas, mereka tidak ada bercanda maupun bergurau sendiri, kecuali terdapat guru yang sedang berhalangan masuk, sebagian santri masih ada keluar masuk kelas. Perilaku yang dilakukan oleh santri pondok pesantren Karangasem Paciran Lamongan menunjukkan perilaku disiplin. Peneliti wawancara terhadap beberapa santri bahwasanya menjelaskan santri yang memiliki sikap disiplin belajar dapat dilihat dari karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki oleh santri. Santri yang disiplin memiliki kesadaran dalam dirinya untuk belajar sebaik-baiknya. Kemudian santri juga mau menaati dan mematuhi peraturan tata tertib yang telah ditetapkan di pondok pesantren Karangasem, tapi sebagian santri ada yang melanggar tata tertib.

Dalam melakukan kedisiplinan belajar santri merupakan tindakan yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Disiplin belajar yang baik akan melahirkan suasana yang nyaman ketika proses pembelajaran berlangsung. Sehingga suasana belajar dikelas akan lebih kondusif dengan tujuan pendidikan akan lebih mudah untuk dicapai.

Pelaksanaan perencanaan progam madrasah diniyah atau kegiatan yang menyudutkan dalam tujuan progam madrasah diniyah, salah satu yang dilaksanakan dengan adanya pertemuan. Pertemuan ini secara rutin dilakukan sebagai bentuk evaluai pembelajaran progam sebelumya dan perencanaan progam selanjutnya. Sedangkan masukan, saran dan kritikan dibahas dalam pertemuan tersebut sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan pelaksanaan progam atau kegiatan madrasah diniyah di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran Lamongan. Progam diniyah dapat tertuang dengan adanya gagasan oleh salah satu pengasuh Pondok Pesantren. Hal ini menjadi awalnya progam madrasah diniyah yang dilaksanakan oleh profesional dan terancana. Untuk itu para guru dan pengasuh pondok bekerja sama mencari informasi dari pondok lain yang lebih dahulu melaksanakan Progam Diniyah

Adapun faktor pendukung dan penghambat guru madrasah diniyah dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar santri antara lain:

Dalam faktor pendukung guru madrasah diniyah terdapat dilihat dari Pondok Pesantren itu sendiri. Faktor pendukung diantaranya kerjasama yang kompak antara pengurus madrasah diniyah, baik dari guru-guru diniyah maupun satri, lalu mengimplementasikan kedisiplinan melalui pembiasaan sikap dan mengumpulkan tugas diniyah pada kondisi lingkungan Pondok Pesantren. Sebagaimana peran pengurus pondok pesantren tersebut mendidik semua santri yang belajar disiplin di pesantren tersebut semua santrinya akan tinggal di asrama , jumlah pengurusnya pondok pesantren sangat cukup, dan dikarenakan adanya peraturan yang jelas dan sanksi-sanksinya. Peran guru madrasah diniyah dalam menumbuhkan kediisiplinan belajar santri menjadi tugas pengurus madrasah diniyah. Oleh karena itu guru madrasah diniyah diharapkan rajin dan sabar dalam mengingkatkan santri-santrinya untuk berdoa, mengumpulkan tugas tepat waktu, mengajak sholat berjama‟ah dan lain sebagainya, tentunya guru madrasah diniyah juga melakukan hal itu juga. Hal ini bisa menjadi teladan yang baik bagi santri. Progam untuk mendukung seperti ekstrakulikuler keagamaan yang dapat dijadikan sebagai ekstra yang dapat diikuti oleh santri, diantaranya dauroh tahfid, kaligrafi, muhadloroh dan qiro‟ah. Fasilitas yang cukup memadai dan sangat mendukung, memiliki sarana dan prasarana yang lumayan lengkap termasuk sarana untuk melaksanakan ibadah sholat berjamaah, mushola yang cukup untuk menampung para santri, serta kelas diniyah yang memadai.

Peranan guru madrasah diniyah juga sangat berpengaruh. Guru madrasah diniyah harus aktif namun tidak hanya guru madrasah diniyah saja ustad usdazah dan pengurus lainya juga harus ikut berpartisipasi. Jadi sesuai dengan hasil wawancara beliau mengatakan peran guru madrasah diniyah dalam menumbuhkan kediisiplinan belajar santri menjadi tugas pengurus madrasah diniyah. Oleh karena itu guru madrasah diniyah diharapkan rajin dan sabar dalam menumbuhkan santri-santrinya untuk berdoa, mengumpulkan tugas tepat waktu, mengajak sholat berjama‟ah dan lain sebagainya, tentunya guru madrasah diniyah juga melakukan hal itu juga. Hal ini bisa menjadi teladan yang baik bagi santri.

Dalam faktor penghambat guru madrasah diniyah dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar santri sebagian guru madrasah diniyah yang bertempat tinggal jauh dari lingkungan pesantren. Sehingga ada beberapa santri yang melanggar peraturan tata tertib dan kebanyakan santri yang keluar masuk kelas diniyah secara tidak kondusif. Kemudian dengan adanya pengawasan dari pengurus maka santri akan lebi baik dan bersungguh-sungguh dalam disiplin melakukan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu dibandingkan tidak adanya pengawasan dari pengurus santri dalam melakukan sebuah kegiatan di sekitar lingkungan Pondok Pesantren.

Peran guru madrasah diniyah untuk menumbuhkan kedisiplinan belajar santri yaitu pengurus mendisiplinkan santri dengan cara mengabsen yang mengikuti pembelajaran progam madrasah diniyah, pengurus akan menghukum berat apabila santri yang tidak mengikuti pembelajaran madrasah diniyah ketika jamnya, sehingga madrasah diniyah tidak di sepelekan atau diremehkan supaya santri mempunyai rasa giat belajar dan disiplin lagi. Serta pengurus akan menggantikan guru yang sedang berhalangan masuk untuk mengajar di madrasah diniyah. Tanggung jawab guru madrasah diniyah untuk menumbuhkan kedisiplinan belajar santri yaitu guru madrasah sudah di amanahi oleh pengurus madrasah diniyah untuk mencontohkan kepada santri bagaimana agar sopan santun dalam menuntut ilmu atau belajar di madrasah diniyah dengan cara berpakaian yang rapi, berbicara sopan, dan tingkah laku berada di depan guru madrasah diniyah.

Simpulan

Faktor pendukung dan penghambat guru madrasah diniyah untuk menumbuhkan kedisiplinan belajar santri pondok pesantren karangasem paciran lamongan, adalah faktor pendukungnya kerjasama antara pengurus pondok pesantren sama ustad/ustadzah, kemudian mengimplementasikan kedisiplinan belajar santri melalui pembiasaan sikap. Sedangkan faktor penghambatnya sebagian santri ada yang nakal serta sebagian guru madrasah diniyah yang bertempat tinggal jauh dari lingkungan pondok pesantren.

References

  1. R. Rofiatun and M. Thoha, “Manajemen Pembinaan Kedisiplinan Santri Dalam Mengikuti Kegiatan Keagamaan Di Pondok Pesantren Nurus Shibyan Ambat Tlanakan Pamekasan,” re-JIEM (Research J. Islam. Educ. Manag., vol. 2, no. 2, pp. 278–287, 2019.
  2. Darmawan, “Peran Pendidikan Islam Dalam Keluarga Untuk Menumbuhkan Kepribadian Anak Usia 6-12 Tahun 1432 H / 2011 M,” 2011.
  3. M. R. Ikwandi, “Peran Madrasah Diniyah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Di MI Roudlotul Islamiyah Sawo Cangkring Wonoayu Sidoarjo,” pp. 1–16, 2013.
  4. M. R. Masykur, “Jurnal Al-Makrifat Vol 3 , No 2 , Oktober 2018 Sejarah Perkembangan Madrasah Di Indonesia Jurnal Al-Makrifat Vol 3 , No 2 , Oktober 2018,” Vol. 3, No. 2, Pp. 31–45, 2018.
  5. I. Ismail, “Madrasah Diniyah Dalam Multi Perspektif,” KABILAH J. Soc. Community, vol. 2, no. 2, pp. 254–282, 2018.
  6. M. H. S. B. I. R. S. D. W. Ertanti, “Peran Pengurus Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Santri Madrasah Diniyyah Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Malang,” Vicratina, vol. 4, no. 1, pp. 65–71, 2019.
  7. Ririn Arifah, “Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah Pedurenan Bekasi,” p. 634, 2014.
  8. V. Rahmayanti, “Pengaruh Minat Belajar Siswa dan Persepsi atas Upaya Guru dalam Memotivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP di Depok,” SAP (Susunan Artik. Pendidikan), vol. 1, no. 2, pp. 206–216, 2016.
  9. Ratmeni, “Strategi pengurus pondok pesantren dalam membina kedisiplinan belajar santri di pondok pesantren darul muttaqin gumantar kayangan lombok utara,” 2020.
  10. A. N. Yuhana and F. A. Aminy, “Optimalisasi Peran Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Konselor dalam Mengatasi Masalah Belajar Siswa,” J. Penelit. Pendidik. Islam, vol. 7, no. 1, p. 79, 2019.
  11. P. D. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, 2nd ed. Bandung: ALFABETA, cv, 2016.
  12. A. Rujakat, Pendekatan Penelitian Kualitatif = (Qualitatif Research Approach). Yogyakarta, 2018.
  13. Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif,” Bandung: Remaja Redoskarya, 2007.