Abstract

This study aims to determine, understand, and describe the motivation of students to choose Islamic boarding schools as a means of forming Islamic character and the most dominant motivational factors for students in Sungon Hamlet. This type of research is qualitative using a naturalistic approach. Sources of data obtained are primary and secondary data sources. Data collection techniques were carried out by means of observation, interviews and documentation. While the technique of data analysis and interpretation by means of data reduction, data presentation and data verification. The results of this study reveal that students choose Islamic boarding schools as a means of forming Islamic character because they get encouragement from their parents. In addition, there is self-motivation. Because every parent wants a child who has noble character, is good at the Koran, avoids negative actions and is able to know the teachings of Islam widely. Factors that motivate students to choose Islamic boarding schools as a means of character building are dominated by external factors. The factors that encourage students to choose Islamic boarding schools are factors from their parents and factors that grow from within themselves. So, it can be concluded that the factor that encourages students to continue their education in Islamic boarding schools and aims to build their character is that the majority of the encouragement comes from their parents.

Pendahuluan

Sekolah adalah kepentingan peradaban, pelatihan memegang peranan penting dalam menentukan maju mundurnya kemajuan suatu negara. Peradaban di dunia Islam, mengingat Indonesia sebagai negara bagian terbesar Muslim, berada dalam situasi tak berdaya di antara berbagai lembaga sipil. Kondisi ini tentu sangat berbahaya karena sebuah negara bertumpu pada dominasi ilmu pengetahuan dan inovasi.

Pendidikan Islam saat ini memiliki kualitas yang sama dengan sekolah umum lainnya, bahkan pendidikan Islam saat ini lebih baik daripada pendidikan yang didanai pemerintah. Sekolah Islam di Indonesia secara normatif diperoleh dari pelajaran umum yang ketat. Dapat diprediksi dengan aturan ini membuat pelatihan siap untuk bertahan dalam perkembangan yang terjadi terus-menerus. Aturan yang meluas ini membuat Islam siap berkreasi sesuai perkembangan zaman. Di dalam pendidikan Islam dihadapkan pada kualitas pengajaran dan sumber daya manusianya, sedangkan sekolah Islam dihadapkan pada dampak globalisasi perkembangan zaman. Globalisasi berdampak pada keberadaan manusia di berbagai bagian kehidupan, baik sosial, politik, moneter, sosial, dan berbagai sudut termasuk pembelajaran.

Ragam lembaga pendidikan yang berada di Indonesia sangat bermacam-macam yakni pesantren, madrasah serta sekolah. Pondok pesantren ialah bagian dari pendidikan Islam yang didirikan karena adanya tuntutan serta perkembangan zaman. Tujuan dari Pondok Pesantren yatim membantu orang tua untuk mendidik serta mengawasi putra-putrinya agar mendapatkan keseimbangan pendidikan dunia maupun akhirat. Karena dalam hal ini orang tua akan selalu mendapatkan informasi tentang perkembangan putra-putrinya secara berurutan sehingga wali dapat mengetahui bagaimana anak mereka mengalami perkembangan anaknya selama berada di pondok pesantren. Selain itu tujuan dari Pondok Pesantren yakni menyiapkan seluruh santrinya untuk menjadi santri yang berintelektual, kualitas, menguasai ilmu agama dan ilmu umum, berjiwa, serta mampu menjunjung harkat dan martabat bangsa, agama dan negara.

Tugas pondok pesantren yang berpegang teguh pada optimisme, membangun organisasi keilmiahan, dan menjaga etika yang bagaimanapun mampu eksis dalam melewati berbagai rentang dan kesulitan pada masa yang menentang, meskipun pindok pesantren sebenarnya memiliki beberapa kendala dalam berkoordinasi dengan perubahan. Secara konklusif, pondok pesantren merupakan landasan edukatif Islam, adat untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan pelajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya etika Islam sebagai pedoman dan dasar bagi kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.

Berdasarkan fenomena yang ditemukan oleh peneliti pada saat dilapangan, peneliti menemukan adanya perbedaan karakter antara santri yang melanjutkan Pendidikan di pondok pesantren dengan anak yang melanjutkan Pendidikan sekolah di sekolah umum. Perbedaan tersebut terlihat dari karakter yang dimiliki oleh setiap anak. Misalnya anak yang melanjutkan sekolah dipondok pesantren mereka lebih mempunyai karakter yang baik. Selain itu fenomena yang ditemukan oleh peneliti yakni ketika ada hari besar islam anak-anak lulusan dari pondok pesantren lebih banyak ikut andil dalam menyemarakkan acara-acara yang berkaitan dnegan hari besar islam atau kegiatan yang lainnya.

Dari hal tersebut dapat dinilai bahwa pesantren mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan pendidikan kontemporer dengan proses pendidikan dan pengajarannya yang lebih terpadu serta aktivitas pendidikan yang berlangsung terus-menerus hampir selama 24 jam dalam sehari. Pada saat santri berada dilingkungan pesantren, maka mereka akan memperoleh bimbingan serta pembinaan moral serta mendapatkan pengajaran ilmu agama.supaya kelak menjadi individu yang sesuai harapan. Seorang santri wajib menjalankan semua peraturan serta kegiatan yang ada dipesantren Apabila santri melanggar peraturan yang ada di pondok pesantren maka akan mendapatkan hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya Hal itu dinilai sebagai perpaduan yang harmonis antara suasana pembelajaran dan kekeluargaan. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, pondok pesantren memiliki ciri khas dalam pengelolaan kependidikannya secara umum yakni mengembangkan filsafat hidup yang tampak memiliki kesamaan dengan tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

Oleh karena itu, Pendidikan di pesantren dapat meninjau ilmu agama dan ilmu umum sehingga memiliki kualitas dalam mendidik santrinya untuk menuntut ilmu karena adanya perpaduan antara dua ilmu tersebut (ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum). Berdasarkan hal tersebut, dari sejumlah alternatif dalam menentukan sekolah sebagai sarana pembentukan karakter islami, santri sangat termotivasi untuk melanjutkan jenjang pendidikannya di pesantren. Yang mana motivasi tersebut dari orangtua serta tumbuh dari dirinya sendiri. Sehingga melalui penelitian ini, penulis mengusung judul ‘Motivasi Santri Memilih Pondok Pesantren Sebagai Sarana Pembentuk Karakter Islami Di Pedukuhan Sungon.’’

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang mendeskripsikan kenyataan dan keadaan pada objek penelitian yang sesuai dengan fakta yang ada di lapangan dengan mengambil data yang bersifat apa adanya. Dengan maksud lain, prosedur dalam penilaian yang akan menghasilkan data yang sifatnya deskriptif dengan berupa kata yang tertulis maupun lisan dari perilaku yang sedang diamati oleh peneliti.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari informan dan perilaku yang diamati. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistic karena situasi lapangan penelitian yang bersifat natural, apa adanya, tidak adanya manipulasi, diatur dengan ekperimen dan tes. Subjek dalam penelitian ini adalah sekretaris desa Suko, para Santri, Wali santri dan Alumni santri Dusun Sungon. Lokasi pada penelitian ini adalah Dusun Sungon Sidoarjo.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian merupakan orang yang telah memberikan informasi kepada peneliti tentang yang akan diteliti.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data merupakan penjelasan data yang diperoleh oleh seseorang peneliti. Jenis data yang dilakukan pada penelitian kualitatif ini memiliki dua jenis sumber data yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Dalam sumber data primer ini didapatkan dari informan (santri, alumni, dan wali santri) atau Tindakan observasi yang dilaksanakan oleh peneliti di lokasi penelitian. Sedangkan sumber data sekunder merupakan data penelitian yang diambil oleh peneliti melalui media perantara dalam bentuk tertulis yang digunakan sebagai penunjang dari sumber data primer seperti buku-buku maupun jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian terdapat sebuah Teknik Pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data primer. Dalam Teknik Pengumpulan data tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam penelitian. Oleh karena itu, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa Teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

F. Teknik Analis serta Interpretasi Data

Dalam melakukan interpretasi data yakni dengan melakukan proses pembacaan data dan pemberian makna pada hasil data yang didapat dalam pelaksanaan penelitian. Menurut Miles dan Huberman dalam memaparkan analisis dan interpretasi data tersebut memiliki beberapa tahapan, diantaranya adalah eduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

Hasil dan Pembahasan

Motivasi Santri Memilih Pondok Pesantren Sebagai Sarana Pembentukan Karakter Islami

Motivasi dapat diartikan sebagai serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu dalam mencapai tujuan.

Dengan cara ini, motivasi secara konsisten merupakan penjelasan yang diikuti seseorang dengan sesuatu, sehingga motivasi tidak hanya datang dari dalam diri sendiri tetapi juga dapat dipengaruhi oleh orang lain. Motivasi dapat dibingkai karena adanya tujuan dari dalam diri individu untuk menyampaikan motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Tujuan pada individu tidak sama dengan setiap individu Karena tujuan juga dapat dipengaruhi oleh usia, fondasi alami dan lain-lain, namun tujuan pasti mengarah pada sesuatu yang harus dicapai oleh orang-orang bergantung pada keuntungan mereka masing-masing. Pada umumnya, alasan inspirasi adalah sudut pandang individu. dari dalam diri dan dari luar diri yang mendorong individu untuk menjadi lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Santri pada umumnya membutuhkan yang terbaik untuk dirinya, khususnya di bidang pendidikan. Begitu banyak santri memilih pondok pesantren sebagai Lembaga pendidikan Islami dengan tujuan pendidikan yang jelas. Namun, santri sering tidak setuju dengan orang tua mereka, menyebabkan kekhawatiran di antara wali dan anak-anak. Untuk situasi ini, tugas wali sangat penting untuk mewariskan tujuan kepada anak-anak sehingga harus dimulai dengan cara menangani anak-anak dan memberikan motivasi yang dapat mendorong minat anak-anak untuk lebih bersemangat dalam memilih pondok pesantren untuk tujuan pendidikan.. Untuk situasi ini, banyak upaya yang dapat dilakukan oleh wali untuk mendorong anak-anak mereka untuk sekolah di pondok pesantren, misalnya, wali dapat memilih sekolah inklusif yang sesuai untuk anak-anak mereka atau dengan wali yang menyambut anak-anak mereka untuk melihat kehidupan di dalamnya sehingga dapat menciptakan minat dan rasa ingin tahu yang tinggi dalam diri anak tersebut. Hal itu bertujuan agar anak-anak bisa menumbuhkan perilaku jujur ​​dan didorong untuk berkonsentrasi dengan sungguh-sungguh tanpa ada tekanan dari orang tua mereka.

Para santri menaruh harapan yang sangat besar tehadap pondok pesantren yang ia masuki, agar mereka tumbuh menjadi santri yang berkualitas, berakhlak mulia. Dalam memilih pondok pesantren ada banyak hal yang menjadi pertimbangan para santri karena santri membutuhkan keselarasan antara Pendidikan agama dan umum sehingga banyak santri memilih sekolah live-in Islam sebagai landasan pembelajaran anak-anak. Pondok pesantren dapat menyelaraskan dan menggabungkan antara Pendidikan umum dan agama secara seimbang agar santri dapat merasakan perubahanyang dari diri mereka sendiri, khususnya di bidang agama.

Motivasi santri dalam memilih pondok pesantren sebagai sarana pembentukan karakter islmi yakni atas dasar motivasi maupun dorongan dari orangtua. Selain itu juga adanya motivasi dari diri sendiri. Karena setiap orangtua menginginkan anak yang berakhlak mulia, pandai dalam mengaji terhindar dari perbuatan-perbuatan yang negative dan mampu mengetahui ajaran-ajaran agama islam secara luas sehingga mampu menentukan sesuatu dan mampu mengetahui sesuatu yang haq dan yang batil. Selain itu, orangtua tidak merasa khawatir kepada anak-anaknya terhadap pergaulan remaja zaman sekarang karena selama berada dipondok pesantren anak-anaknya telah diawasi selama 24 jam.

Faktor Motivasi Yang Paling Dominan Pada Santri Di Pedukuhan Sungon Dalam Memilih Pondok Pesantren Sebagai Sarana Pembentukan Karakter Islami

Pendidikan karakter merupakan sebuah konsep yang ditanamkan kedalam diri seseorang serta mampu membentuk pribadi seseorang menjadi pribadi yang lebih santun, beradab serta sehat jasmani dan rohani. Di dalam pelaksanaannya Pendidikan karakter memiliki factor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari Pendidikan karakter itu sendiri.

Selama proses untuk membangun karakter, para santri terhubung erat dengan elemen luar dan dalam. Faktor batiniah dari dalam diri sendiri dan faktor luar yang dibingkai dari wali, daerah setempat, sekolah, sekolah pengalaman hidup Islami, dll. Faktor dalam yang berasal dari dalam diri sendiri yang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai binatang yang memiliki daya pikir, daya cipta, dan kehendak atau sesaat diartikan sebagai naluri manusia yang memiliki berbagai atribut dari orang lain, merupakan salah satu unsur yang menentukan susunan orang tersebut. Variabel luar mulai dari iklim merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengaturan dan peningkatan perilaku individu baik dalam iklim fisik maupun humanistik dalam mahasiswa, sehingga dapat melakukan perubahan atribut. Hal ini terlihat dari unsur-unsur penalaran yang merupakan pertarungan antara pemahaman pengantar dan kondisi untuk memunculkan merek dagang yang unik dalam kaitannya dengan santri yang berbeda.

Berdasarkan realita yang ada, maka pada bagian ini penulis akan menyajikan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan bahwasannya factor yang memotivasi santri memilih pondok pesantren sebagai sarana pembentukan karakter yakni dipengaruhi oleh factor eksternal. Unsur-unsur yang memberi semangat pada bagian inspirasional santri adalah prestasi, pengakuan atas gagasan pekerjaan yang dapat diandalkan, pintu terbuka untuk kemajuan dan perkembangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa factor yang mendorong santri untuk melanjutkan Pendidikan di pondok pesantren serta bertujuan untuk pembentukan karakternya ialah mayoritas dorongan tersebut berasal dari orangtua. Selain dari orangtua maupun lingkungan juga mendapat dorongan dari diri sendiri untuk melanjutkan pendidikannya dipondok pesantren.

Dengan kesadaran atau kesiapan dalam beragama, para santri akan berusaha untuk melakukan tugas-tugas dari orang tua mereka. Selain itu, perlu menjadi anak yang berbakti, ia juga perlu memahami keinginannya untuk meningkatkan kualitasnya. Walaupun sebenarnya tidak semua anak dapat menyelesaikan perintah ini, pada dasarnya berbagai inspirasi dapat membuat sebagian besar siswa tidak meninggalkan sekolah dengan system pondok pesantren.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan judul “Analisis Motivasi Santri Memilih Pondok Pesantren Sebagai Sarana Pembentuk Karakter Islami (Studi Kasus Para Santri Di Pedukuhan Sungon)” memperoleh kesimpulan bahwa Santri memilih pondok pesantren sebagai sarana pembentukan karakter islami karena mendapat dorongan dari orangtua. Selain itu juga adanya motivasi dari diri sendiri. Karena setiap orangtua menginginkan anak yang berakhlak mulia, pandai dalam mengaji terhindar dari perbuatan-perbuatan yang negative dan mampu mengetahui ajaran-ajaran agama islam secara luas. Faktor yang memotivasi santri memilih pondok pesantren sebagai sarana pembentukan karakter yakni didominasi oleh faktor eksternal. Faktor-faktor yang mendorong aspek motivasi para santri adalah keberhasilan, pengakuan sifat pekerjaan yang menjadi tanggung jawab bagi mereka, kesempatan untuk meraih kemajuan dan pertumbuhan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mendorong santri untuk melanjutkan Pendidikan di pondok pesantren serta bertujuan untuk pembentukan karakternya ialah mayoritas dorongan tersebut berasal dari orangtua.

References

  1. S. d. Suyatno, Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern, Jakarta: Pranamedia Group, 2015.
  2. A. Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Bandung: Percetakan Aksara, 2003.
  3. M. Agus, Keefektifan Penerapan Kurikulum Terpadu Pada Pondok Pesantren Modern, Cirebon: Syntax Computama, 2020.
  4. T. P. D. Agama, Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah: Pertumbuhan Dan Perkembangannya, Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003.
  5. F. S. N.C., Dinamika Madrasah Dalam Masyarakat Industry, Semarang : Al-Qur’an Press, 2004.
  6. M. Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi penelitian pendidikan, Sidoarjo: Prestasi Publikasi, 2012.
  7. S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003.
  8. M. Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi penelitian pendidikan, Sidoarjo: Prestasi Publikasi, 2012.
  9. Margon, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
  10. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2017.