Abstract

Flash card media is an illustrated media that contains image patches to attract learning interest for children with special needs, including children with autism at PKBL Lentera Fajar Indonesia is a homeschooling institution that provides learning service for children with special needs using various learning media, one of them is flash card media for learning ablution. The subject of this study were 3 autistic children. The purpose of this study was to describe the application of  flash card media with ablution material of autistic children at the Lentera Fajar Indonesia PKBM Institude, to determine the inhibiting factors in learning for autistic children at the Lentera Fajar Indonesia PKBM Institude. For teachers learning with flash card media is a medium that is easy to find, easy to make, while for children it is to be able to attract interest in learning by looking at the pictures contained on flash card. The results showed that the learning process with the application of flash card media was able to attract autistic children about learning ablution and did not forget to help facilitate therapist teachers in delivering ablution material.

Pendahuluan

Pemberian pendidikan adalah hal utama bagi sebuah negara, pendidikan yang berkualitas menghasilkan masyarakat yang berkualitas pula [1]. Begitupun dengan Pendidikan islam juga diperlukan untuk mendidik manusia dalam mengembangkan akal dan menata hatinya, serta rohani dan fisik jasmaninya, perilaku berakhlak dan kecakapan dalam keterampilannya [2]. Pendidikan agama islam bermakna upaya mendidikkan agama islam atau ajaran islam dan nilai-nilainya, agar menjadi pandangan dan sikap hidup seseorang [3].

Dalam islam terdapat berbagai macam ibadah yaitu sholat, zakat, puasa dan haji. Semua ibadah tersebut sangat perlu diajarkan pada anak terutama ibadah sholat. Sholat yang sah adalah sholat yang dilakukan sesuai syarat sebelum pelaksanaannya, adapun syarat sah sholat adalah masuk waktu sholat, menutup aurat, menghadap kiblat suci dan dari najis atau hadast [4], jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka bisa dikatakan tidak sah. Anak harus memahami bahwa wajib untuk menjaga kebersihan sebelum melaksanakan sholat. Baik dari kebersihan badan maupun lingkungan, hal tersebut tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Kewajiban wudhu tersebut bukan hanya berlaku bagi anak normal saja, namun juga berlaku bagi anak berkebutuhan khusus atau sering disingkat ABK adalah anak yang mempunyai kelainan/penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal baik secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional [5]. Untuk menangani anak berkebutuhan khusus adalah hal tersulit bagi guru untuk memberikan suatu pembelajaran tentang materi pendidikan agama islam. Guru dituntut untuk tanggap terhadap perubahan yang terjadi pada anak [6], bila diterapkan pada anak normal mungkin tidak akan terasa sulit, karena sudah dapat dipastikan dari perbedaan dalam mencerna materi wudhu akan lebih mudah diajarkan pada anak normal. Bagi anak berkebutuhan khusus yang cepat mencerna dan dapat menirukan perilaku seorang guru adalah suatu keberhasilan yang membanggakan. Maka dari itu pendidikan agama juga sangat diperlukan bagi anak berkebutuhan khusus dalam membentuk kepribadian serta nilai-nilai keagamaan yang lainnya, agar dapat hidup dengan baik sesuai syariat islam.

Di PKBM Lentera Fajar Indonesia Kab. Sidoarjo terdapat media-media pembelajaran yang digunakan, meliputi : foto, puzzle angka/huruf, balok kayu kecil, bombik, lembar kerja, text book, komputer, flash card, dan lain sebagainya. Banyaknya media mengajar yang ada , guru harus selektif dalam memilih media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. keberhasilan dari suatu pemilihan media pembelajaran yang tepat dapat dilihat dari seberapa baik hasil belajar siswa dan keterkaitan dengan materi. Proses pembelajaran yang kondusif akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa,begitu juga Sesuai latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah cara mengajarkan media flash card untuk pembelajaran wudhu pada anak autis di PKBM Lentera Fajar Indonesia.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Lapangan (Field research) yaitu penelitian yang obyek utamanya pada kenyataan lapangan [7]. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif merupakan jenis penelitian yang data atau temuan-temuannya tidak memerlukan perhitungan dalam bentuk statistik maupun bentuk hitungan yang lainnya [6].

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan [8]. Penelitian ini dapat disebut penelitian deskriptif kualitatif karena data primernya mengunakan data yang bersifat data verbal yaitu berupa deskripsi yang diperoleh dari pengamatan pembelajaran materi wudhu.

Hasil dan Pembahasan

Media Flash Card Pembelajaran Wudhu Pada Anak Autis Di PKBM Lentera Fajar Indonesia

Sebagai pembimbing perjalanan dengan melalui ilmu pengetahuan yang dimiliki, guru harus memahami karakter setiap anak yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Menerapkan proses belajar mengajar pada anak berkebutuhan khusus (penyandang autis), hal yang harus di pahami, yaitu mengenai ikhlas, sabar, penuh semangat, ceria dan tentunya dengan dedikasi yang tinggi. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan cara berkomunikasi dalam menyampaikan pembelajaran tentu diperlukan sebuah media pembelajaran untuk memudahkan anak menyerap materi yang akan guru sampaikan. Guru terapis Di PKBM Lentera Fajar Indonesia mampu mengajar dengan ikhlas, sabar dan ceria. Untuk menyesuaikan kemampuan anak, maka media yang digunakan sangat bervariatif, salah satunya menggunakan media flash card.

Flash card merupakan kartu bolak-balik yang sangat ampuh digunakan untuk mengingat dan mengkaji ulang dalam proses belajar [9]. Pendapat lain mengatakan bahwa media flash card adalah kartu yang berisi gambar atau tulisan berhubungan dengan konsep [10]. Contoh gambar media flash card untuk mengajar materi wudhu seperti pada tabel gambar 1 berikut ini.

Figure 1.Media Flash Card Materi Wudhu

Untuk mendukung suksesnya pembelajaran, pemberian reward and punishment berdampak pada motivasi belajar siswa. Kefektifan reward and punishment sebagai alat bantu pendidikan untuk mendapatkan umpan balik dari siswa akan terasa jika penerapannya dengan tepat [11]. Reward yang diberikanpada anak-anak saat proses belajar mengajar berlangsung di PKBM Lentera Fajar Indonesia, yaitu berupa pujian “good job, pintar, hebat, tos tangan ataupun tos jempol. Pujian itu diberikan agar anak selalu merasa semangat dalam menerima materi yang diberikan oleh guru terapi. Kriteria penilaian yang digunakan meliputi, melabel gambar, mengidentifikasi gambar dan mengurutkan gambar, yaitu seperti yang terlihat pada tabel 1.

Aspek Penilaian Indikator Penilaian
Melabel Gambar 1 : Bimbingan penuh (Pasif)2 : Bimbingan cukup sering (Tidak Pasif)3 : Cukup Mandiri (Sedikit Bimbingan)4 : Mandiri
Mengidentifikasi Gambar
Mengurutkan Gambar
Table 1.Kriteria Penilaian Pembelajaran Dengan Media Flash Card

Hasil penelitian objek pertama (TRM ) :

Figure 2.Diagram Penilaian TRM (Melabel)

Figure 3.Diagram Penilaian TRM (Identifikasi)

Figure 4.Diagram Penlaian TRM (Mengurutkan)

Hasil Penjelasan Penilaian TRM :

TRM adalah anak penyandang Autis Dengan usia 8 tahun. Dalam kegiatan “melabel” media flash card, anak dominan dengan bimbingan karena terkendala saat berbicara, artikulasinya seperti anak pada usia 2½ tahun, akan tetapi saat guru terapis memberikan instruksi atau bimbingan imitasi suara, anak masih mau menirukan, sehingga penilaian yang diperoleh lebih dominan “2” yaitu bimbingan (Tidak pasif).

Kegiatan “identifikasi” atau menunjuk media flash card , dengan bimbingan penuh untuk menunjuk, artinya guru terapis memberikan instruksi serta memegang tangan anak dan mengarahkan untuk menunjuk flash card, sehingga lebih dominan memperoleh penilaian “1” yaitu bimbingan penuh (pasif), karena konsentrasi dan kefokusannya kuarang baik.

Kegiatan “mengurutkan” media flash card, anak masih kurang memahami urutan gambar, sehingga diberikan bimbingan penuh seperti melakukan kegiatan identifikasi flash card dan lebih dominan memperoleh penilaian “1”.

Hasil penelitian objek kedua (ABK):

Figure 5.Diagram Penlaian ABK (Melabel)

Figure 6.Diagram Penlaian ABK (Identifikasi)

Figure 7.Diagram Penlaian ABK (Mengurutkan)

Hasil Penjelasan Penilaian ABK :

ABK adalah anak penyandang Autis dengan usia 14 tahun. Dalam kegiatan “melabel” anak bisa melakukan kegiatan dengan mandiri, mampu bersuara saat diberikan instruksi untuk melabel media flash card, sehingga anak dominan memperoleh penialaian “4” yaitu mandiri.

Kegiatan “identifikasi” ketika guru terapis memberikan instruksi untuk menunjuk, anak dapat menunjuk media flash card dengan tepat dan mandiri, sehingga memperoleh penilaian “4”.

Kegiatan “mengurutkan” anak dapat mengurutkan media flash card dengan mandiri ketika guru memberikan instruksi untuk mengurutkan, sehingga anak dominan mendapatkan penilaian “4”.

Hasil penelitian objek ketiga (N LN ) :

Figure 8.Diagram Penlaian NLN (Melabel)

Figure 9.Diagram Penilaian NLN (Identifikasi)

Figure 10.Diagram Penilaian NLN (Mengurutkan)

Hasil Penjelasan Penilaian NLN :

NLN adalah anak penyandang Autis dengan usia 8 tahun. Kegiatan “melabel” anak dominan mampu melabel flash card dengan dengan mandiri dan jangka durasi saat melabel berjarak ± 2-15 detik, sehingga anak dikatakan mandiri dan mendapat penilaian “4”.

Kegiatan “identifikasi” anak dominan mandiri, bimbingan diberikan ketika konsentrasi anak terganggu dengan meracau sendiri, menjadikan anak kurang fokus untuk mendengarkan instruksi guru terapis. Dari hal tersebut maka guru terapis memberikan pengulangan instruksi menunjuk gambar, dan anak mampu melakukan dengan mandiri, maka anak memperoleh penilaian “4”

Kegaiatan “mengurutkan” anak mampu mengurutkan dengan mandiri dan saat mengurutkan media flash card dengan berhitung sampai gambar berurut dengan tuntas, maka dari itu anak memperoleh penilaian “4”.

Berdasarkan penyajian diagram di atas menjelaskan bahwa pembelajaran dengan penggunaan media flash card dapat membantu memudahkan anak untuk memahami penjelasan materi wudhu oleh guru terapis dengan baik dengan metode penyampaian memberikan 3 macam instruksi kepada anak yaitu, menyebutkan gerakan yang terdapat pada gambar flash card, menunjuk sesuai instruksi guru dengan perbandingan 2 gambar dan mengurutkan flash card. Hal itu bertujuan untuk memancing respon imbal balik anak saat berlangsungnya pembelajaran, sehingga guru terapis dapat menilai bahwa anak tersebut faham dengan penjelasan yang telah disampaikan oleh guru.

Faktor Penghambat dan Pendukung Penerapan Media Flash Card Pembelajaran Wudhu Pada Anak Autis

Faktor Penghambat

Media Flash card mudah diremas oleh anak saat kondisi anak belajar dengan tidak kooperatif, seringkali suasana hati anak berubah-ubah. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung, jika suasana hati anak bagus maka untuk menyampaikan pembelajaran wudhu dapat berjalan dengan lancar. Kendala lainnya adalah anak masih bingung dengan adanya beberapa gambar flash card yang diberikan oleh guru terapis pada awal pengenalan pembelajaran wudhu, dikarenakan adanya macam-macam gerakan wudhu yang masing-masing gerakan ditempelkan pada duplex secara terpisah menjadi 8 gambar flash card. Hal itu yang menyebabkan anak bingung pada awal pemberian materi, sehingga memberikan penjelasan dengan pengulangan 3 kali pada setiap aspek melabel, mengidentifikasi dan mengurutkan gambar gerakan wudhu pada flash card.

Faktor Pendukung

Media flash card mudah bagi guru baik dari segi membuat perga maupun menyampaikan pembelajaran wudhu pada anak autis. Penyampaian materi wudhu dengan flash card dapat membantu menarik minat anak dalam belajar dan memudahkan anak mengingat dari gambar-gambar yang disajikan. Guru juga tidak perlu banyak bertele-tele saat menjelaskan, sehingga anak mudah menerima, memahami serta tidak membingungkan bagi anak mengenai pembelajaran wudhu.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis di atas yang dilakukan oleh peneliti adalah pelaksanaan pembelajaran wudhu dengan menggunkan media flash card dapat mendukung pembelajaran anak autis di PKBM Lentera Fajar Indonesia dalam memahami materi yang diberikan oleh guru terapis serta dapat memancing respon imbal balik anak ketika pembelajaran berlangsung.

Faktor penghambat yang ditemui saat menggunakan media tersebut adalah mudah rusak serta anak bingung ketika awal pengenalan pembelajaran materi wudhu, dikarenakan adanya 8 gambar gerakan wudhu pada flash card yang disajikan. Faktor pendukung yang ditemui adalah penyajian materi dengan media flash card memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran, menarik minat belajar anak dan penyampaian materi mudah diingat bagi anak autis.

References

  1. Suarga, “Tugas Dan Fungsi Manajemen Pendidik Dan Tenaga Kependidikan,” J. IDAARAH, vol. 3, no. 1, pp. 164–173, 2019, doi: 10.1097/01.ede.0000417167.61785.27.
  2. H. Huda, “Membangun Karakter Islami Melalui Al Islam dan Kemuhammadiyahan [Studi Analisis Perpres Nomer 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)],” Tarlim J. Pendidik. Agama Islam, vol. 2, no. 1, p. 55, 2019, doi: 10.32528/tarlim.v2i1.2071.
  3. M. Mahmudi, “Pendidikan Agama Islam Dan Pendidikan Islam Tinjauan Epistemologi, Isi, Dan Materi,” TA’DIBUNA J. Pendidik. Agama Islam, vol. 2, no. 1, pp. 89–105, 2019, doi: 10.30659/jpai.2.1.89-105.
  4. Kafrawi, “Nilai Pendidikan Dalam Shalat Fardhu (Studi Tafsir Al-Misbah),” J. Al-Aulia, vol. 04, no. 01, pp. 149–158, 2018, [Online]. Available: https://ejournal.stai-tbh.ac.id/index.php/al-aulia/article/download/kafrawi/45/.
  5. F. A. Setiawan and Nai’mah, “Mengenal Konsep-Konsep Anak Berkebutuhan Khusus Dalam PAUD,” J. Progr. Stud. PGRA, vol. 6, no. 2, pp. 193–208, 2020, doi: https://doi.org/10.29062/seling.v6i2.635.
  6. Sabaria, “Strategi Guru Pai Dalam Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Siswa Autis Di Slb Negeri Curup Rejang Lebong,” An-Nizom, vol. 4, no. 2, pp. 169–183, 2019.
  7. S. Hamidah, “Pendekatan Beyond Centres And Circle Time ( Bcct ) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama 2019 / 2020 . Ungaran . Program Studi Pendidikan Agama Islam Fai Undaris , 2022,” vol. 6, no. 1, pp. 80–106, 2022, [Online]. Available: https://ejournal.undaris.ac.id/index.php/inspirasi/article/download/319/227.
  8. Destiani Putri Utami, Dwi Melliani, F. N. Maolana, F. Marliyanti, and A. Hidayat, “Iklim organisasi kelurahan dalam perspektif ekologi,” J. Inov. Penelit., vol. 3, no. March, p. 6, 2021, [Online]. Available: https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/view/536.
  9. A. P. Munthe and J. V. Sitinjak, “Manfaat Serta Kendala Menerapkan Flashcard Pada Pelajaran Membaca Permulaan,” J. Din. Pendidik., vol. 11, no. 3, pp. 210–228, 2018, doi: 10.33541/jdp.v11i3.892.
  10. S. Febiola and Yulsyofriend, “Penggunaan Media Flash Card terhadap Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini,” J. Pendidik. Tambusai, vol. 4, no. 2, pp. 1026–1036, 2020, [Online]. Available: https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/566/495.
  11. S. Anggraini, “Analisis Dampak Pemberian Reward And Punishment Bagi Siswa SD Negeri Kaliwiru Semarang,” J. Mimb. PGSD Undiksha, vol. 7, no. 3, pp. 221–229, 2019, [Online]. Available: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/19393/11464.